Tadi, gue nonton berita di salah satu stasiun televisi yaitu CRTI (Cukup Ramai Tayangan Ini). Di salah satu beritanya, mempermasalahkan isu adanya saran dari "Panitia AFF" agar para suporter Indonesia memakai batik saat menonton pertandingan final Malaysia VS Indonesia. Ini pun cukup menggelitik, karena seperti yang kita tahu, batik adalah salah satu benda yang menjadi "rebutan" antara dua belah pihak. (meskipun kita sudah tau, siapa yang lebih berhak kan?)
namun, beredarlah isu kedua yang bertentangan dengan isu pertama, yaitu tidak perlunya menggunakan batik/atribut yang berkaitan dengan batik. Lantas, siapa yang benar? Yang mana yang benar?
Gue sih sebagai bagian dari kaum pelajar, cukup bingung juga menanggapi masalah ini. Karena, gue tau perseteruan memperebutkan batik itu gimana peliknya. Dan ga mungkin kita mengungkit-ungkit permasalahan itu di Final AFF nanti. Tapi disisi lain, gue juga pengen nunjukin kalau batik itu asli, pure MILIK INDONESIA.
Pertandingan Final nanti terbagi menjadi 2 kali pertandingan. Yang pertama akan dilaksanakan di Bukit Jalil, Malaysia. Disana (rumornya), suporter Indonesia akan disediakan tempat khusus oleh Panitia AFF. Apa tujuannya?
Lalu pertandingan kedua akan diadakan di Gelora Bung Karno, Jakarta. Nah 2 kali pertandingan ini pun membuat otak rumit gue berpikir, mungkin gak kalau suporter Indonesia memakai merah-putih di Malaysia sana, lalu memakai Batik saat di GBK nanti? Atau kedua-duanya memakai batik? Atau merah-putih?
Menurut gue, kita boleh saja menunjukkan pada lawan kita, atau pada seluruh dunia, kalau batik adalah milik kita. Tapi pertandingan AFF ini tidak ada hubungannya dengan konflik diplomasi itu. Apa lantas karena kita melawan Malaysia lalu kita harus mengungkitnya disana? Sebagai warga yang mendukung Tim Nasional, kita juga harus sportif seperti mereka. Ini kan pertandingan persahabatan. Nanti setelah pertandingan ini, terserah deh konfliknya mau dilanjutkan apa engga. Gue kan cuma pelajar polos yang tidak tahu apa-apa. Wkwk -_-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar